
Setelah
manusia hidup berkembang dan hidup secara berkelompok maka mereka membutuhkan
tempat tinggal meskipun hanya untuk sementara. Umumnya mereka berpindah tempat
secara musiman pada waktu itu. Jejak atau jalan setapak di hutan disebut Lorong Tikus.
Pada
abad 50 yang lalu manusia sudah hidup berkelompok disuatu tempat dengan membuat
suku, atau bangs-bangsa. Pada saat itu manusia menggunakan jalan yang tepat
untuk menggunakan atau mengadakan tukar menukar antar suku, militer dan
kebudayaan digunakan pertama kali oleh bangsa Romawi dan Persia. Mereka
mulai menaruh perhatian yang besar kepada pembuat jalan untuk mempertahankan
keutuhan bangsanya dan untuk memperluas daerah jajahannya. Dengan demikian maka
lengkaplah jika fungsi diatas.
2. Jalan Mempunyai Nilai Strategis
Setelah kerajaan Romawi runtuh pada
abad 4 M, maka jalan yang dibuatmenjadi rusak karena tidak mendapat pmeliharaan
dan perhatian. Pada abad 5 M orang Barbar merusak jalan tersebut karena takut
mendapat serangan mendadak dari bangsa Romawi.
Pada
masa penjajahan bangasa Belanda di Indonesia, seseorang gubernur yang bernama
Deandles membuat jalan yang membujur di pulau Jawa yang dimulai dari Merak
sampai Banyuwangi. Dengan jarak ±1500 km yang
elewati kota-kota penting dan pusat-pusat kerajaan. Dengan demikian
jalan tidak hanya mempunyai arti yang strategis.
3. Perkembangan Konstruksi Jalan
Dalam
arti dan fungsi kestrategisan jalan hal ini berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu dan pengetahuan. Dapat kita ikuti, perkembangan jalan ini antara
lain :
Ø Jalan Tanah
Jalan yang perkerasannya dari tanah
yang didapatkan dan diratakan dengan tanah itu perlu penumbuhan atau
penggalian.
Ø Jalan Kerikil
Dengan dipengaruhi oleh perkembangan
kebutuhan terutama alat angkut, maka timbul lagi pikiran waktu meningkatkan
daya tahan tanah itu sendir. Dalam hal ini maka lapisan tanah yang sudah
dikeraskan dilapisi dengan batu kerikil, tebalnya bergantung dengan keadaan dan
kebutuhan, namun pada umumnya ± 4-6 cm.
Ø Jalan Batu Pecah
Perkembangan selanjutnya dengan batu
pecah, dimana diatas lapisan kerikil ditaburi oleh batu pecah dengan ukuran ± 5-7
cm, dengan ditemukannya aspal, kadang kala dilapisi oleh aspal.
Ø Jalan Sistem Relifort
Timbulanya pemikiran selanjutnya
dengan perkembangan IPTEK, maka ditemukan jalan dengan system ini, dengan bahan
dasar untuk lapisan cengkeram digunakan lapisan batu kali (batu bulat).
Ø Jalan Sistem Mac Adam
Sistemnya sama dengan Relifort,
namun bahan yang digukan adalah bahan batu pecah, dan cara perletakannya.
Ø Jalan Sistem Penetrasi
Sistem ini merupakan lanjutan dari
system Mac Adam, namun diatas lapisan tersebut diberi lapisan penutup, bias
berupa keikil, atau pasir, atau tanah.
Ø Jalan Putas
Adalah jalan Mac Adam yang diatasnya
diberi lapisan beton aspal atau sebagai lapisan atasnya, namun ada perbedaan
dari sistem diatasnya.
Ø Jalan Aspal Beton
Penyempurnaan dari jalan putas
sehingga jalan tersebut kelihatan lebih rapi, halus dan dalam penggunaannya
lebih nyaman.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan
Geometrik Jalan Raya
Dalam
perencanaan jalan raya bentuk dan geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa
sehingga jalan raya yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya, karena peraturan yang
resmi tentang perencanaan geometric jalan raya telah ditetapkan oleh Dirjen
Bina Marga, maka semua perencanaan jalan di Indonesia ini harus didasarkan atas
ketentuan-ketentuan dasar. Ketentuan dasar itu merupakan syarat batas, sehingga
penggunaannya harus dibatasi sedemikian mungkin agar dapat menghasilkan
pelayanan yang memuaskan.
4.1.1. Lalu Lintas
a) Volume atau Jalan Lalu Lintas
Data lalu lintas harian
rata-rata sudah cukup memuaskan untuk lalu lintas tinggi, disebabkan data LHR
untuk perencanaan jalan dengan lalu lintas tinggi ada kelemahannya, yaitu tidak
dapat menggambarkan keadaan lalu lintas dalam satu hari secara rata-rata.
b). Sifat dari Komposisi Lalu Lintas
Sifat lalu lintas adalah lambat dan
cepatnya kendaraan yang membuat jalan tersebut. Komposisi adalah jenis
kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut dalam penggunaannya hanya
diperhitungkan kendaraan yang bermotor dalam hal ini dibedakan menjdi dua,
yaitu :
·
Kendaraan
penumpang, pick-up, dll.
·
Kendaraan
truk dan bus.
c). kecepatan Rencana Lalu Lintas
Kecepatan merupakan factor utama dari
segala macam transportasi. Kecepatan yang digunakan oleh pengemudi tegantung
dari :
·
Pengemudi
dan kendaraan yang bersangkutan.
·
Sifat
fisik jalan
·
Cuaca
·
Adanya
gangguan dari kedaraan lain.
Yang dimaksud dengan Kecepatan Rencana adalah kecepatan maksimum
yang diijinkan sehingga tadak menimbulkan bahaya, inilah yang diperguakan untuk
merencanakan geometric suatu kecepatan rencana haruslah sesuai dengan tipe
jalan dan sifat lpangan.
4.1.2
Topografi
Topografi merupakan faktor
dalam menentukan tentang lokasi jalan dan pada umumnya mempengaruhi hal
mengenai alinemen sebagai standart perencanaan geometric seperti jalan, jarak
pandang dan penampang melintang.
Keadaan topografi sering memberikan pembatasan terhadap lokasi
dan perencanaan utnuk mempekecil biaya pembangunan jalan, maka perlu sekali
standarisasi dengan keadaan topografi sehingga jenis medan dibagi menjdai tiga golongan umum.
Berdasarkan besarnya kelerengan dalam arah, kurang lebih tegak lurus sumbu
jalan. Adapun pengaruh medan
meliputi:
a) Tikungan
Jari-jari tikungan pada
pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa, Sehingga terjamin jalan kendaraan
dan pandangan bebas cukup luas.
b) Tanjakan
Tanjakan yang cukup
curang dapat mengurangi kecepatan kendaraan kalu tenga tariknya tidak cukup
maka berat muatan harus dikurangi yang berati mengurngi kapasitas angkutan yang
sangat merigukan. Oleh karena itu diupayakan tanjakan dibuat landai.
4.1.3
Jarak
pandang
Kemungkinan untuk kecepatan adalah faktor penting dalam operasi
Dijalan agar tercapai keadaan dan nyaman. Untuk itu harus diadakan jarak
pandang yang cukup panjang sehingga pengemudi dapat melihat kecepatan kendaraan
dan tidak menghantam barang tidak terduga diatas jalan. Demikian pula jalan dua
jalur yang memungkinkan pengendara berjalan diatas jalan berlawanan untuk
menyiapkan kendaraan yang nyaman, syarat jarak pandang yang diperlukan dalam
perundangan jaan raya. Untuk mendapatkan keamanan yang setinggi-tingginya bagi
lalu lintas adalah sebagai berikut :
a). Jarak Pandang Henti
Adalah jarak pandang minimum yang
diperlukan pengemudi untuk menghentikan endaraan yang sedang berjala, setelah
melihat adanya rintangan pada jalur yang dilalui.
Jarak ini merupakan jumlah dari jarak yang
ditempuh sewaktu melihat benda sampai menginjak rem dan jarak untuk berhenti setelah
menginjak rem.
b). Jarak Pandang Menyiap
Adalah jarak yang dibutuhkan untuk
menyusul kendaraan lain yang dipergunakan hanya pada dua jalur. Pada umumnya
waktu menyiap kendaraan yang lebih lambat oleh kendaran yang lebih cepat harus
digunakan jalur lain untuk melakukannya. Dalam hal ini diperlu adanya jarak
pandang yangcukup sehingga dapat melalui kendaraan lain sebelum ada kendaraan
yang pada jalur laindatang.
Asumsi:
1. Kendaraan yang disiap berjalan
dengan kecepatan tetap
2. Sebelum, menyiap yang akan menyiap
menyamakan kecepatannya dengan yang disiap.
3. Pada jalur penyiap pengemudi
melskukan pengamatan
4. Dalam gerakannya, Kecepatan
kendaraan mempunyai perbedaan sekitar 15 km/jam dengan kecepatan kendaraan yang
disiap.
5. Pada akhir gerakannya, kendaraan
yang menyiap segera kembali kejalur kiri tepat diantara kendaraan yang dating
didepan dengan suatu jarak bebas tertentu.
6. Kendaraan yang dating dan arah
berlawanan mempunyai kecepatan yang sama.
Jarak PIEV = d=0,275-ti(V-m+ati/2
Ti = waktu PIEV
V = Kecepatan rata-rata kendaraanyang menyiap (km/jam)
M =
Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang siap dan menyiap.
a =
Pecepatan rata-rata (2,15-2,45) km/jam/det)
Jarak menyiap: d2= 0,278.Vt2
Dimana:
t = waktu menyiap dijalur kanan (9,3-10,4 det)
Jarak bebas: d = 30-100 m
Jarak tempuh kendaraan yang berlawanan
Dn= 3/n. d
4.1.4
Penampang
Melintang
Penampang
melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as sumbu jalan
yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian – bagian yang bersangkutan dalam
arah melintang. Penampang melintang jalan akan sesuai dengan klasifikasi jalan
serta kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan, demikian pula lebar badan jalan,
drainase dan kebebasan pada jalan raya, semua disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku.
A. Lebar Perkerasan
Pada umumnya ditentukan
berdasarkan lebar jalan lalu lintas normal yang besarnya ±3,5 m. Jalan-jalan
suatu jalur seperti jlan penghubung lebar perkerasan tidak ditetapkan berdasarkan
lebar jalur, karena kecilnya intensitas
lalu lintas (jumlah satuan lalu lintas dari suatu jenis lalu lintas atau
suatu kelompok jenis lalu lintas yang melalui suatu tempat dalam satu satuan
waktu).
B. Lebar Bahu Minimum
Lebar bahu minimum ini
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Untuk jalur kelas II C daerah
pegunungan = 1m.
2. Untuk jalan penghubung daerah pegunungan
= 3m.
(Ini tergantung keadaan
setempat)
3. Pengurangan lebar bahu kelas 1 sama
sekali tidak dianjurkan badan ada lunak selebar 2cm (minimal)diluar tepi bahu,
hal yang sama juga dianjurkan untuk jalan kelas III A bila memungkinkan.
C. Drainase
Drainase,
merupakan hal penting dari jalan raya, seperti salurantei, saluran melintang
jalan yang harus pula sesuai dengan data-data hidrologis seperti intensitas
hujan maupun frekuensinya serta sifat daerah aliran. Drainase haruslah dapat
membebaskan pengaruh yang buruk akibat air terhadap konstruksi.
D. Kebebasan Pada Jalan Raya
Kebebasan
minimum yang diperlukan pada setiap bagian jalan, baik kebebasan kiri maupun
kebebasan kanan telah diatur sebagaimana yang tercantum dalam PPEJR.