Welcome to wahyunugrahajaka.blogspot.com

Jumat, 08 Januari 2016

KERUSAKAN PERKERASAN JALAN RAYA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.   Latar Belakang

                       








Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana transportasi darat. Jalan menghubungkan satu derah ke daerah lainnya, hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembngan ekonomi suatu derah. Jalan yang rusak bisa membahayakan pengguna jalan tersebut, seperti bisa terjadinya kecelakaan, kemacetan dan ketidak nyamanan bagi pengguna jalan seperti Gambar 1.1. Perkerasan jalan untuk transportasi darat dirancang dengan umur rencana tertentu. Pada akhir umur rencana tersebut, suatu perkerasan jalan perlu direncanakan untuk diperbaiki. Akan tetapi umur aktual dari suatu perkerasan jalan tidak selalu sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan saat perancangannya, dapat lebih lama tercapai atau lebih cepat tercapai dari umur rencananya.Umur rencana dari perkerasan jalan dinyatakan dengan jumlah pengulangan beban sumbu tertentu yang direncanakan mampu dipikul oleh perkerasan jalan hingga akhir umur rencananya. Jika umur aktual dari suatu perkerasan jalan tercapai jauh lebih cepat dari umur rencananya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pengulangan beban sumbu desain yang dipikul oleh perkerasan jalan tersebut jauh lebih banyak dari yang direncanakan. Hal itu dapat mengindikasikan banyaknya pengulangan beban sumbu yang lebih besar dari beban sumbu desain pada perkerasan jalan tersebut.

Gambar 1.1 Kerusakan Jalan
Jika suatu daerah tidak memiliki akses menuju daerah tersebut, maka kebutuhan pokok masyarakat akan sulit terpenuhi. Peranan jalan juga sangat penting dalam pendidikan dan kesehatan masyarakat. Jalan menghubungkan sekolah, perguruan tinggi, puskesmas dan rumah sakit dengan masyarakat pengguna. Jika seorang ibu hamil mendekati melahirkan atau pasien dengan kondisi darurat sulit menjangkau rumah sakit akibat jalan yang rusak, maka kematian adalah resiko terburuk yang harus diterima seperti Gambar 1.2. Sungguh luar biasa mamfaat jalan bagi kehidupan bermasyarakat.

Gambar 1.2 Kerusakan Jalan Berlubang

Adapun dampak lain dari kerusakan jalan akan menyebabkan penurunan kecepatan kendaraan dan menjadikan kendaraan cepat rusak. Penurunan kecepatan kendaraan berakibat bertambahnya pemakaian bahan bakar. Kerusakan  kendaraan akan menambah biaya pemeliharaan dan penggantian cuku cadang kendaraan. Kenaikan penggunaan bahan bakar dan suku cadang berakibat bertambahnya biaya operasi kendaraan. Penambahan biaya operasi kendaraan pada suatu jaringan jalan yang merupakan jalur lintas ekonomi akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi.  Kerusakan jalan juga akan menyebabkan goncangan pada kendaraan. yang melintas di atasnya. Goncangan kendaraan  berakibat ke tidak-nyamanan terhadap pelaku transportasi. Masyarakat pelaku transportasi akan sangat terganggu dengan adanya kerusakan jalan ini. Kerusakan jalan yang tidak segera ditangani akan menimbulkan gejolak sosial berupa ke tidak-puasan masyarakat kepada pemerintah selaku penyedia prasarana angkutan jalan.
Kerusakan jalan yang tidak segera ditangani juga akan menyebabkan semakin tingginya biaya investasi dan pemeliharaan jalan. Jalan yang rusak akan menyebabkan berkurangnya kekedapan struktur perkerasan jalan sehingga air mudah masuk ke dalam struktur perkerasan jalan dan menyebabkan jalan tersebut menjadi semakin rusak. Jalan yang rusak juga akan memperlemah daya dukungnya sehingga jika tidak segera ditangani akan mempercepat kerusakan jalan tersebut. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun. Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya. Kerusakan pada perkerasan jalan bisa terjadi karena dilewati sebuah kendaraan berat yang seharusnya tidak boleh melewati jalan tersebut.
Konstruksi perkerasan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Maka dari itu sudah kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan jalan tersebut. Agar tercipta jalan yang aman,nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu factor menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek – aspek kehidupan. Secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang di pakai itu aman, nyaman, bersih dll. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh sehingga tidak terjadi hal-hal seperti kemacetan lalu lintas dan kecelakaan akibat kerusakan jalan tersebut.


1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah latar belakang diatas penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan perkerasan jalan ?
2.      Apa Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan ?
3.      Apa penyebab dari kerusakan perkerasan jalan tersebut ?
4.      Bagaimana cara melakukan penanganan pada kerusakan perkerasan jalan ?
1.3.  Tujuan
                Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan supaya bisa membuat makalah yang baik dan benar.

1.4.   Mamfaat Makalah
1.   Sebagai latihan sebelum membuat tugas skripsi dan menambah pengetahuan
2.      Memahami cara-cara penulisan makalah dengan baik dan benar
3.      Untuk memperoleh nilai tugas Penulisan dan Peresentasi
4.      Belajar memahami masalah dan mencari solusinya



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Pengertian Perkerasan jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antar agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Adapun agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikatan yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat, (Suprapto, 2000). Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah variasi. Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan kelas jalan yang bersangkutan, maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda. Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri.
 Tanah saja tidak cukup kuat dan tahan, tanpa adanya deformasi yang berarti, terhadap beban roda berulang. Untuk itu perlu lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan roda, atau lapis paling atas dari badan jalan. Lapis tambahan ini dapat dibuat dari bahan khusus yang terpilih ( yang lebih baik ), yang selanjutnya disebut lapis keras perkerasan/pavement. Mengingat volume pekerjaan jalan, pada umumnya diinginkan perkerasan yang murah, baik yang berkaitan dengan bahan maupun biaya pelaksanaan, namun masih dapat memnuhi tuntutan lalulintas. Pada mulanya kontruksi perkerasan dikelompokan menjadi perkerasan lentur  (flekxible ) dan perkerasan kaku ( rigid ), perkembangan selanjutnya menunjukan bahwa adanya berbagai betuk perkerasan lain seperti: perkerasn komposit, perkerasan beton presstress, cakar ayam, conblock, (Suprapto, 2000).
A.      Lapis-lapis Perkerasan
1.      Perkerasn Lentur (Felexible Pavement)
Bahan konstruksi perkerasan lentur terdiri atas: bahan ikat ( aspal, tanah liat ) dan batu. Perkerasn ini umumnya terdiri atas 3 lapisan atau lebih yaitu: lapisan permukaan, lapisan pondasi bawah, yang diletakkan diatas tanah dasar ( subgrade ). Berkaitan dengan istilah dalam perkerasan lentur, periksa Tabel 1.


Tabel 2.1 Perkerasan Lentur Jalan


USA

Lapis permukaan
Surface course:
-          Wearing Course
-          Binder Course
Surfacing
-          Wearing Course
-          Base Course
Lapis pondasi
Base Course
Subbase Course
Road Base
Subbase Course
Tanah Dasar
Subgrade
Subgrade
Sumber: (Suprapto, 2000)
2.      Perkerasan Kaku ( rigid pavement )
Perkerasan kaku umumnya terdiri atas dua lapis, yaitu:
-   Laspis permukaan     : concrete slab
-   Lapis pondasi            : subbase course, yang diletakkan diatas tanahdasar ( subgrade )
B.    Fungsi Lapisan Perkerasn
1. Lapisan Permukaan ( LP )
Lapisan permukaan adalah bagian perkerasaan yang paling atas. Fungsi lapisan permukaan dapat meliputi:
a.                   Struktural:
Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertical maupun beban horizontal ( gaya geser ). Untuk ini persyaratan yang dituntut ialah kuat, kokoh, dan stabil.
b.                  Non Struktural, dalam hal ini dapat mencakup:
-   Lapis kedap air, mencegah masuknya air kedalam lapisanperkerasan yang ada    dibawahnya.
-  Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
-  Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak ( skid resistance )
Sebagai lapisan aus, yaitu lapisan yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru.
2.    Lapisan Pondasi Atas ( LPA ) atau Base Course
Lapisan pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapisan permukaan dan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapisan pondasi bawah ).
Fungsi lapisan ini adalah:
-  Lapaisan pendukung bagi lapisan permukaan.
-  Pemikul beban horizontal dan vertical.
-  Lapis peresapan bagi lapis pondasi bawah.
3.   Lapisan Pondasi Bawah ( LPB ) atau Subbase Course
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi da tanah dasar.
Fugsi lapisan ini adalah:
-          Penyebar beban roda
-          Lapisa peresapan
-          Lapisan pencegah masuknya tanah dasar ke lapisan pondasi
-          Lapisan pertama pada pembuatan perkerasan
4.   Tanah Dasar ( TD ) atau Subgrade
Tanah dasar ( subgrade ) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

2.2.      Jenis-jenis Kerusakan Yang Terjadi Pada Perkerasan Jalan
Menurut (Suprapto, 2000) Sejak dibukanya untuk lalu lintas , perkerasan akan menerima beban lalu lintas. Akibat beban tersebut, perkerasan akan mengalami penurunan kinerja dan kualitas, yang berarti perkerasan mengalami kerusakan.
a.       Bentuk dasar
1.      Fracture, misal             : cracking spalling
2.      Distortion, misal          : permanent deformation, faulting
3.      Desintagration, misal   : stripping, reveling
b.      Jenis kerusakan yang sering dijumpai pada perkerasan jalan
1.      Retak ( halus, kulit buaya, pinggir, sambungan jalan, sambungan pelebaran, refleksi, susut, selip )
2.      Cacat permukaan ( lubang, pelepasan butiran, pengelupasan lapis permukaan )
3.      Perubahan bentuk ( alur, keriting, amblas, sungkur, jembul )
4.      Pengausan
5.      Kegemukan
6.      Penurunan dibekas penanaman utilitas
c.       Kerusakan pada umpave road
Misalnya: corrugation, rutting, defective crossfall, lost of surfacing materials.
d.      Kerusakan pada pave road
1.      Surface failure :cracking, striping/freeting, fatting up of bitumen
2.      Structural failure :rutting, cracking and rutting, potholes

2.3.         Penyebab Dari Kerusakan Perkerasan Jalan Tersebut
Penanganan kostruksi perkerasan apakah itu bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun rehabilitas dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut. Menurut (Sukirman, 1999) besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh sipengamat, oleh karena itu sipengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan-kerusakan yang timbul.

Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh:
1.      Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2.      Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat, kapilaritas.
3.      Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistim pengolahan bahan yang tidak baik.
4.      Iklim, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan perkerasan jalan
5.      Kondisi tanah dasar yang tidak setabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistim pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tana yang dasarnya memang jelek.
6.      Peroses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait. Sebagai contoh, retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir, memngkinkan air meresap masuk kelapis dibawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang disamping melemahkan daya dukung lapisan dibawahnya.
2.4.         Penanganan Pada Kerusakan Perkerasan Jalan
Mengenai perbaikan perkerasan jalan seperti terdapat dalam peraturan AASHTO  adalah meningkatkan kehalusan permukaan, memperpanjang umur perkerasan, menambah daya tanah terhadap kerusakan, memperbaiki konstruksi pada bagian pondasi yang jelek, meningkatkan saluaran pembuangan, (Oglesby, 1996). Penanganan pada kerusakan perkerasan jalan sangat diperlukan untuk memberikan kenyamanan pada penggunan jalan dan bermamfaat untuk melancarkan perekonomian Negara menggunakan jalur darat. Menurut manual pemeliharaan jalan Nomor : 03 / MN / B / 1983 (Sukirman, 1999) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas :
1.      Retak ( cracking )
2.      Distorsi ( distortion )
3.      Cacat permukaan ( disintegration )
4.      Pengausan ( polished aggregate )
5.      Kegemukan ( bleeding or flushing )
6.      Penurunan pada bekas penanaman utilitas
a.       Retak ( cracking ) dan penanganannya
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :

-          Retak halus ( hair cracking ), lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan kurang stabil. Seperti Gambar 2.1 retak halus ini dapat meresapkan air kedalam lapis permukaan.
Gambar 2.1 Retak Halus
 Untuk pemeliharaan dapat digunakan lapis latasir, atau buras. Dalam tahap perbaikan sebaiknya dilengkapai dengan perbaikan sistim derainase.

-          Retak pinggir ( edge crack ), retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement dibawah daerah tersebut seperti Gambar 2.2 dibawah ini. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini.dolokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.

Gambar 2.2 Retak Pinggir

 Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengancampuran aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan.

b.      Distorsi (distortion)
Distorsi/ perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Distorsi (distorsion) dapat dibedakan atas:

-          Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalaur. Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh diatas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak seperti Gambar 2.3 dibawah ini.


Gambar 2.3 Jalan Rusak  

Perbaikan dapat dilakukan dengan memberikan lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.

-          Keriting (corrugation). Alur yang terjadi melintang jalan. Lapisan permukaan yang berkeriting ini membuat pengemudi akan merasakan ketidak nyamanan mengemudi. Adapaun penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal seperti Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kerusakan Keriting 
Kerusakan dapat diperbaiki dengan menggaruk kembali, dicampur dengan lapisan pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru.

c.       Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan perkerasan. Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah:
-          Lubang (potholes), lubang menampaung dan meresapkan air kedalam lapisan permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan. Lubang dapat terjadi akibat campuran material lapis permukaan jelek, lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca, system drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul dalam lapisan perkerasan seperti Gambar 2.5.


Gambar 2.5 Kerusakan Berlubang
Lubang-lubang tersebut diperbaiki dengan crara dibongkar dan dilapis kembali. Perbaikan yang bersifat permanen disebut tambalan dalam yang dilakukan seperti bersihkan lubang dari air dan material-material yang lepas, bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya sehingga mencapai lapisan yang kokoh.

-          Pelepas butiran (revaling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang seperti Gambar 2.6.


Gambar 2.6 kerusakan Pelepas Butiran

Dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan.

d.      Pengausan (polished anggeregate).
Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak berbentul cubical seperti Gambar 2.7.




Gambar 2.7 Kerusakan Pengausan

Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras, atu latasbun.

e.       Kegemukan (bleeding or flushing).
Permukaan jalan menjadi tinggi. Pada temperature tinggi aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejeak roda. Berbahaya bagi kendaraan. Kegemukan dapat di sebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat seperti Gambar 2.8 dibawah ini.


Gambar 2.8 Kerusakan Kegemukan

Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.

BAB III
PENUTUP


3.1.  Kesimpulan
                        Dari uraian singkat diatas dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebut akan mempunyai umur lebih lama. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan, maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul, dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara rutin. Adapun penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan biasa di simpulkan pula sebagai berikut:
1.      Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2.      Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistim derainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat, kapilaritas.
3.      Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh system pengolahan bahan yang tidak baik.
4.      Iklim, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan perkerasaan ajalan.
5.      Kondisi tanah dasar yang tidak setabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistim pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah yang dasarnya memang jelek.
6.      Peroses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik.



3.2.    Saran

                     Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan pemeliharaannya perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah instansi terkait.
1.    Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
2.    Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.

3.    Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait
       agar kualitas jalan menjadi lebih bermutu.