BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Jalan merupakan prasarana yang
sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat, kerusakan jalan dapat
berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada sarana transportasi
darat. Jalan menghubungkan satu derah ke daerah lainnya, hal ini sangat
berpengaruh terhadap perkembngan ekonomi suatu derah. Jalan yang rusak bisa
membahayakan pengguna jalan tersebut, seperti bisa terjadinya kecelakaan,
kemacetan dan ketidak nyamanan bagi pengguna jalan seperti Gambar 1.1. Perkerasan
jalan untuk transportasi darat dirancang dengan umur rencana tertentu. Pada
akhir umur rencana tersebut, suatu perkerasan jalan perlu direncanakan untuk diperbaiki.
Akan tetapi umur aktual dari suatu perkerasan jalan tidak selalu sesuai dengan umur
rencana yang ditetapkan saat perancangannya, dapat lebih lama tercapai atau
lebih cepat tercapai dari umur rencananya.Umur rencana dari perkerasan jalan
dinyatakan dengan jumlah pengulangan beban sumbu tertentu yang direncanakan
mampu dipikul oleh perkerasan jalan hingga akhir umur rencananya. Jika umur
aktual dari suatu perkerasan jalan tercapai jauh lebih cepat dari umur rencananya,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pengulangan beban sumbu desain yang
dipikul oleh perkerasan jalan tersebut jauh lebih banyak dari yang
direncanakan. Hal itu dapat mengindikasikan banyaknya pengulangan beban sumbu
yang lebih besar dari beban sumbu desain pada perkerasan jalan tersebut.
Gambar 1.1 Kerusakan Jalan
Jika suatu daerah tidak
memiliki akses menuju daerah tersebut, maka kebutuhan pokok masyarakat akan
sulit terpenuhi. Peranan jalan juga sangat penting dalam pendidikan dan
kesehatan masyarakat. Jalan menghubungkan sekolah, perguruan tinggi, puskesmas
dan rumah sakit dengan masyarakat pengguna. Jika seorang ibu hamil mendekati
melahirkan atau pasien dengan kondisi darurat sulit menjangkau rumah sakit
akibat jalan yang rusak, maka kematian adalah resiko terburuk yang harus
diterima seperti Gambar 1.2. Sungguh luar biasa mamfaat jalan bagi kehidupan
bermasyarakat.
Gambar 1.2 Kerusakan Jalan
Berlubang
Adapun dampak
lain dari kerusakan jalan akan menyebabkan penurunan kecepatan kendaraan dan
menjadikan kendaraan cepat rusak. Penurunan kecepatan kendaraan berakibat
bertambahnya pemakaian bahan bakar. Kerusakan
kendaraan akan menambah biaya pemeliharaan dan penggantian cuku cadang
kendaraan. Kenaikan penggunaan bahan bakar dan suku cadang berakibat
bertambahnya biaya operasi kendaraan. Penambahan biaya operasi kendaraan pada
suatu jaringan jalan yang merupakan jalur lintas ekonomi akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kerusakan jalan juga akan menyebabkan goncangan pada kendaraan. yang
melintas di atasnya. Goncangan kendaraan
berakibat ke tidak-nyamanan terhadap pelaku transportasi. Masyarakat
pelaku transportasi akan sangat terganggu dengan adanya kerusakan jalan ini.
Kerusakan jalan yang tidak segera ditangani akan menimbulkan gejolak sosial
berupa ke tidak-puasan masyarakat kepada pemerintah selaku penyedia prasarana
angkutan jalan.
Kerusakan
jalan yang tidak segera ditangani juga akan menyebabkan semakin tingginya biaya
investasi dan pemeliharaan jalan. Jalan yang rusak akan menyebabkan
berkurangnya kekedapan struktur perkerasan jalan sehingga air mudah masuk ke
dalam struktur perkerasan jalan dan menyebabkan jalan tersebut menjadi semakin
rusak. Jalan yang rusak juga akan memperlemah daya dukungnya sehingga jika
tidak segera ditangani akan mempercepat kerusakan jalan tersebut. Dampak pada
konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan
butiran (ravelling) serta gerusan
tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun. Komperhensifitas
perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan prasurvey,
perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga
pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan
prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan
fungsionalnya. Kerusakan pada perkerasan jalan bisa terjadi karena dilewati
sebuah kendaraan berat yang seharusnya tidak boleh melewati jalan tersebut.
Konstruksi perkerasan
merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Maka dari itu sudah kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab
kerusakan dan cara pemeliharaan jalan tersebut. Agar tercipta jalan yang
aman,nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesinambungan dan
keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu factor
menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek – aspek
kehidupan. Secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam
pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan
teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan
tentunya. Sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang di pakai itu
aman, nyaman, bersih dll. Maka dari itu kerusakan yang terjadi dijalan harus
ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh sehingga tidak terjadi
hal-hal seperti kemacetan lalu lintas dan kecelakaan akibat kerusakan jalan
tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah latar belakang diatas penyusun
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud
dengan perkerasan jalan ?
2.
Apa Jenis-jenis
kerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan ?
3.
Apa penyebab dari
kerusakan perkerasan jalan tersebut ?
4.
Bagaimana cara
melakukan penanganan pada kerusakan perkerasan jalan ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan supaya bisa membuat
makalah yang baik dan benar.
1.4. Mamfaat Makalah
1. Sebagai latihan sebelum membuat tugas skripsi
dan menambah pengetahuan
2.
Memahami cara-cara
penulisan makalah dengan baik dan benar
3.
Untuk memperoleh
nilai tugas Penulisan dan Peresentasi
4.
Belajar memahami
masalah dan mencari solusinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Perkerasan jalan
Perkerasan jalan adalah campuran antar agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Adapun agregat yang dipakai adalah
batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikatan
yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat, (Suprapto, 2000). Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat
memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu
lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa
seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan
beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi
beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan
pula sejumlah variasi. Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya
dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan kelas jalan yang bersangkutan,
maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda. Persyaratan umum
dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu rata
dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup lama,
dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai cuaca.
Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari
imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta iklim yang
bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud dengan perkerasan
adalah lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang
bersifat baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri.
Tanah saja tidak cukup kuat dan
tahan, tanpa adanya deformasi yang berarti, terhadap beban roda berulang. Untuk
itu perlu lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan roda, atau lapis
paling atas dari badan jalan. Lapis tambahan ini dapat dibuat dari bahan khusus
yang terpilih ( yang lebih baik ), yang selanjutnya disebut lapis keras perkerasan/pavement. Mengingat volume pekerjaan
jalan, pada umumnya diinginkan perkerasan yang murah, baik yang berkaitan
dengan bahan maupun biaya pelaksanaan, namun masih dapat memnuhi tuntutan
lalulintas. Pada mulanya kontruksi perkerasan dikelompokan menjadi perkerasan
lentur (flekxible ) dan perkerasan kaku ( rigid ), perkembangan selanjutnya
menunjukan bahwa adanya berbagai betuk perkerasan lain seperti: perkerasn
komposit, perkerasan beton presstress, cakar ayam, conblock, (Suprapto, 2000).
A.
Lapis-lapis
Perkerasan
1.
Perkerasn Lentur (Felexible
Pavement)
Bahan
konstruksi perkerasan lentur terdiri atas: bahan ikat ( aspal, tanah liat ) dan
batu. Perkerasn ini umumnya terdiri atas 3 lapisan atau lebih yaitu: lapisan
permukaan, lapisan pondasi bawah, yang diletakkan diatas tanah dasar ( subgrade ). Berkaitan dengan istilah
dalam perkerasan lentur, periksa Tabel 1.
Tabel
2.1 Perkerasan Lentur Jalan
USA
|
||
Lapis permukaan
|
Surface course:
-
Wearing Course
-
Binder Course
|
Surfacing
-
Wearing Course
-
Base Course
|
Lapis pondasi
|
Base Course
Subbase Course
|
Road Base
Subbase Course
|
Tanah Dasar
|
Subgrade
|
Subgrade
|
Sumber: (Suprapto,
2000)
2.
Perkerasan Kaku ( rigid
pavement )
Perkerasan
kaku umumnya terdiri atas dua lapis, yaitu:
- Laspis permukaan : concrete slab
- Lapis pondasi : subbase course, yang diletakkan
diatas tanahdasar ( subgrade )
B. Fungsi Lapisan Perkerasn
1.
Lapisan Permukaan ( LP )
Lapisan
permukaan adalah bagian perkerasaan yang paling atas. Fungsi lapisan permukaan
dapat meliputi:
a.
Struktural:
Ikut
mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan, baik
beban vertical maupun beban horizontal ( gaya geser ). Untuk ini persyaratan
yang dituntut ialah kuat, kokoh, dan stabil.
b.
Non Struktural, dalam hal ini dapat mencakup:
-
Lapis kedap air, mencegah masuknya air
kedalam lapisanperkerasan yang ada dibawahnya.
- Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar
kendaraan dapat berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
- Membentuk permukaan yang tidak licin,
sehingga tersedia koefisien gerak ( skid resistance
)
Sebagai
lapisan aus, yaitu lapisan yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru.
2.
Lapisan Pondasi
Atas ( LPA ) atau Base Course
Lapisan
pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapisan
permukaan dan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah apabila tidak menggunakan
lapisan pondasi bawah ).
Fungsi
lapisan ini adalah:
- Lapaisan pendukung bagi lapisan permukaan.
- Pemikul beban horizontal dan vertical.
- Lapis peresapan bagi lapis pondasi bawah.
3. Lapisan Pondasi Bawah ( LPB ) atau Subbase Course
Lapis pondasi
bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi da tanah
dasar.
Fugsi lapisan
ini adalah:
-
Penyebar beban roda
-
Lapisa peresapan
-
Lapisan pencegah masuknya tanah dasar ke lapisan
pondasi
-
Lapisan pertama pada pembuatan perkerasan
4.
Tanah Dasar ( TD ) atau Subgrade
Tanah dasar ( subgrade ) adalah permukaan tanah
semula, permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan
dan merupakan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.
2.2. Jenis-jenis Kerusakan Yang Terjadi Pada
Perkerasan Jalan
Menurut (Suprapto, 2000) Sejak dibukanya untuk lalu lintas , perkerasan
akan menerima beban lalu lintas. Akibat beban tersebut, perkerasan akan
mengalami penurunan kinerja dan kualitas, yang berarti perkerasan mengalami
kerusakan.
a.
Bentuk dasar
1.
Fracture, misal : cracking spalling
2.
Distortion, misal : permanent
deformation, faulting
3.
Desintagration, misal
: stripping, reveling
b.
Jenis kerusakan yang sering dijumpai pada perkerasan
jalan
1.
Retak ( halus, kulit buaya, pinggir, sambungan jalan,
sambungan pelebaran, refleksi, susut, selip )
2.
Cacat permukaan ( lubang, pelepasan butiran,
pengelupasan lapis permukaan )
3.
Perubahan bentuk ( alur, keriting, amblas, sungkur,
jembul )
4.
Pengausan
5.
Kegemukan
6.
Penurunan dibekas penanaman utilitas
c.
Kerusakan pada umpave
road
Misalnya:
corrugation, rutting, defective
crossfall, lost of surfacing materials.
d.
Kerusakan pada pave
road
1. Surface failure :cracking, striping/freeting,
fatting up of bitumen
2. Structural failure :rutting, cracking and
rutting, potholes
2.3.
Penyebab Dari
Kerusakan Perkerasan Jalan Tersebut
Penanganan kostruksi perkerasan apakah itu bersifat
pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun rehabilitas dapat dilakukan
dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut
dievaluasi mengenai penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut. Menurut
(Sukirman, 1999) besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah penanganan
selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh sipengamat,
oleh karena itu sipengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai jenis dan
sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan-kerusakan yang
timbul.
Kerusakan
pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh:
1.
Lalu lintas, yang
dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2.
Air, yang dapat
berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air
akibat sifat, kapilaritas.
3.
Material konstruksi
perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau
dapat pula disebabkan oleh sistim pengolahan bahan yang tidak baik.
4.
Iklim, dimana suhu
udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan
perkerasan jalan
5.
Kondisi tanah dasar
yang tidak setabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistim pelaksanaan yang kurang
baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tana yang dasarnya memang jelek.
6.
Peroses pemadatan
lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang
saling kait mengait. Sebagai contoh, retak pinggir, pada awalnya dapat
diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak
pinggir, memngkinkan air meresap masuk kelapis dibawahnya yang melemahkan
ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang
disamping melemahkan daya dukung lapisan dibawahnya.
2.4.
Penanganan Pada Kerusakan Perkerasan Jalan
Mengenai perbaikan perkerasan jalan seperti terdapat
dalam peraturan AASHTO adalah
meningkatkan kehalusan permukaan, memperpanjang umur perkerasan, menambah daya
tanah terhadap kerusakan, memperbaiki konstruksi pada bagian pondasi yang
jelek, meningkatkan saluaran pembuangan, (Oglesby, 1996). Penanganan pada
kerusakan perkerasan jalan sangat diperlukan untuk memberikan kenyamanan pada
penggunan jalan dan bermamfaat untuk melancarkan perekonomian Negara
menggunakan jalur darat. Menurut manual pemeliharaan jalan Nomor : 03 / MN / B
/ 1983 (Sukirman, 1999) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga,
kerusakan jalan dapat dibedakan atas :
1.
Retak ( cracking )
2.
Distorsi ( distortion )
3.
Cacat permukaan ( disintegration )
4.
Pengausan ( polished aggregate )
5.
Kegemukan ( bleeding or flushing )
6.
Penurunan pada bekas
penanaman utilitas
a.
Retak ( cracking ) dan penanganannya
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat
dibedakan atas :
-
Retak halus ( hair cracking ), lebar celah lebih kecil
atau sama dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah
dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis permukaan kurang stabil. Seperti Gambar
2.1 retak halus ini dapat meresapkan air kedalam lapis permukaan.
Gambar 2.1 Retak Halus
Untuk pemeliharaan
dapat digunakan lapis latasir, atau buras. Dalam tahap perbaikan sebaiknya
dilengkapai dengan perbaikan sistim derainase.
-
Retak pinggir ( edge crack ), retak memanjang jalan,
dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak
ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang
baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement dibawah daerah
tersebut seperti Gambar 2.2 dibawah ini. Akar tanaman yang tumbuh ditepi
perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini.dolokasi
retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.
Gambar 2.2 Retak Pinggir
Retak dapat
diperbaiki dengan mengisi celah dengancampuran aspal cair dan pasir. Perbaikan
drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan.
b.
Distorsi (distortion)
Distorsi/ perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya
tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi
tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Distorsi (distorsion) dapat dibedakan atas:
-
Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda
sejajar dengan as jalaur. Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan
yang jatuh diatas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya
dapat timbul retak-retak seperti Gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3 Jalan Rusak
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberikan lapisan
tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.
-
Keriting (corrugation). Alur yang terjadi melintang
jalan. Lapisan permukaan yang berkeriting ini membuat pengemudi akan merasakan
ketidak nyamanan mengemudi. Adapaun penyebab kerusakan ini adalah rendahnya
stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal
seperti Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Kerusakan Keriting
Kerusakan dapat diperbaiki dengan menggaruk kembali, dicampur
dengan lapisan pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru.
c.
Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada
kerusakan secara kimiawi dan mekanis dari lapisan perkerasan. Yang termasuk
dalam cacat permukaan ini adalah:
-
Lubang (potholes), lubang menampaung dan
meresapkan air kedalam lapisan permukaan yang menyebabkan semakin parahnya
kerusakan jalan. Lubang dapat terjadi akibat campuran material lapis permukaan
jelek, lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas
akibat pengaruh cuaca, system drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap
dan mengumpul dalam lapisan perkerasan seperti Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Kerusakan Berlubang
Lubang-lubang tersebut diperbaiki dengan crara dibongkar
dan dilapis kembali. Perbaikan yang bersifat permanen disebut tambalan dalam
yang dilakukan seperti bersihkan lubang dari air dan material-material yang
lepas, bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya sehingga mencapai
lapisan yang kokoh.
-
Pelepas butiran (revaling), dapat terjadi secara meluas
dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang seperti Gambar
2.6.
Gambar 2.6 kerusakan Pelepas
Butiran
Dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan
diatas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut
dibersihkan.
d.
Pengausan (polished anggeregate).
Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan.
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus
terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan
licin, tidak berbentul cubical seperti Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Kerusakan Pengausan
Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir,
buras, atu latasbun.
e.
Kegemukan (bleeding or flushing).
Permukaan jalan menjadi tinggi. Pada temperature tinggi
aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejeak roda. Berbahaya bagi kendaraan.
Kegemukan dapat di sebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran
aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat seperti
Gambar 2.8 dibawah ini.
Gambar 2.8 Kerusakan Kegemukan
Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian
dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa
pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala,
akan dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan
akan lebih cepat kehilangan fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun
perkerasan jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik dan tetap
dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebut akan
mempunyai umur lebih lama. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan
begitu saja tanpa perbaikan, maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung
sangat cepat. Oleh karena itu
sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti
menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul,
dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi) secara
rutin. Adapun penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan biasa di simpulkan
pula sebagai berikut:
1.
Lalu lintas, yang
dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2.
Air, yang dapat
berasal dari air hujan, sistim derainase jalan yang tidak baik, naiknya air
akibat sifat, kapilaritas.
3.
Material konstruksi
perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau
dapat pula disebabkan oleh system pengolahan bahan yang tidak baik.
4.
Iklim, dimana suhu
udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab
kerusakan perkerasaan ajalan.
5.
Kondisi tanah dasar
yang tidak setabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistim pelaksanaan yang kurang
baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah yang dasarnya memang jelek.
6.
Peroses pemadatan
lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik.
3.2. Saran
Untuk meminimalisir masalah
kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan pemeliharaannya perlu dilakukan
survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah instansi terkait.
1. Agar
kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu
segera dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga
tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
2. Pekerjaan jalan harus menggunakan
spesifikasi yang ditetapkan.
3. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa
adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait
agar kualitas jalan menjadi lebih
bermutu.